MENU

CARI

Monday 6 June 2011

SASTRA ANGKATAN (1940 – 1955)

LATAR BELAKANG


Sejak tentara Jepang masuk ke Indonesia melalui Pantai Utara Jawa, kenyataan - kenyataan pahit yang diterima oleh rakyat Indonesia dituangkan dalam bentuk karya sastra oleh para sastrawan yang tidak terima sikap dan perlakuan jepang pada masa kependudukannya secara sembunyisembunyi.

CORAK ISI KARYA SASTRA ANGKATAN ‘45
1.Mencerminkan kekaguman, pujian dan simpati terhadap kegagah beranian tentara Jepang melawan musuh, dan diharapkan semangat itu menjadi semangat bangsa Indonesia.

2.Keragu - raguan dan kebingungan menghadapi keadaan tak menentu karena kesewenangan Jepang.

3.Rasa benci, dendam dan berontak terhadap keadaan yang mencekam oleh tindakan pendudukan Jepang.
4.Sikap tawakal kepada Tuhan karena terpaksa menahan penderitaan.
5.Sikap orang berkepala dua yang mengeruk keuntungan dan memanfaatkan situasi.

6.Pujian terhadap pejuang muda Indonesia yang mulai bangkit

7.Sikap tegas pemuda indonesia yang bersemangat berjuang untuk mendapatkan kemenangan.
8.Rasa kebangsaan yang kuat dan bersama - sama berjuang.
9.Lukisan sederhana dan mengena yang mengungkapkan kehidupan masyarakat yang terpoles oleh pendudukan jepang.
10.Simbolik, yaitu lambang atau lukisan mengenai sikap, tingkah laku atau kehidupan dengan menceritakan keadaan hewan atau tumbuhan.  

CIRI – CIRI SASTRA SECARA UMUM
terbuka,  
pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya
bercorak isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis
sastrawan periode ini terlihat menonjol individualismenya
dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya
penghematan kata dalam karya
lebih ekspresif dan spontan,
terlihat sinisme dan sarkasme
didominasi puisi, sedangkan bentuk prosa tampak berkurang

CIRI – CIRI STRUKTUR ESTETIK PUISI
ØPuisi tak terikat jumlah baris, persajakan dan jumlah bait.
ØBergaya realis ekspresionis, baik bahasa maupun masalahnya
ØBahasa simbolik dan ambigu
ØIronidan sinisme sangat menonjol
 CIRI – CIRI ESTETIK PROSA
ØAlur sorot balik
ØPenokohan dengan analisis kejiwaan dramatis
ØPenyampaian yang realistis dan naturalistik yang memetik ( tiruan )
CIRI - CIRI EKSTRINSIK
ØIndividualisme menonjol
ØEkspresi peneropongan batin sendiri
ØMasalah universal

TOKOH-TOKOH SASTRA ANGKATAN 45

Chairil Anwar
Lahir di Medan, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Chairil menguasai bahasa
Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Karya sastranya dipengaruhi oleh sastrawan dunia yang
dia gandrungi, seperti Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan
Edgar du Perron  

Asrul Sani

Lahir di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta, 11 Januari 2004. Kiprahnya sangat

besar pada dunia film Indonesia. Banyak menerjemahkan karya sastrawan dunia seperti: Vercors,
Antoine de St-Exupery, Ricard Boleslavsky, Yasunari Kawabata, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean
Paul Sartre, William Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nicolai Gogol.

Rivai Apin
Lahir di Padang Panjang pada 30 Agustus 1927, dan wafat di Jakarta, April 1995. Pernah menjadi
redaktur Gema Suasana, Siasat, Zenith, dan Zaman Baru. Keterlibatannya dalam Lekra  menyebabkan
dia ditahan dan baru dibebaskan tahun 1979.
Idrus
Lahir di Padang, 21 September 1921, dan 18 Mei 1979. Sastrawan dunia yang ia sukai: Anton Chekov,
Jaroslov Hask, Luigi Pirandello, dan Guy de Maupassant. Pada masa Lekra, Idrus memutuskan pindah
ke Malaysia karena tekanan lembaga tersebut.  ditahan dan baru dibebaskan tahun 1979.

Achdiat Karta Mihardja
Lahir di Jawa Barat, 6 Maret 1911, dan meninggal di Canberra, Australia, 8 Juli 2010. Kiprahnya guru
Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dan
dosen Fakultas Sastra UI. ditahan dan baru dibebaskan tahun 1979.

Trisno Sumardjo
Lahir 1916, dan meninggal 21 April 1969. Selain sebagai sastrawan, dikenal juga sebagai pelukis.
Utuy Tatang Sontani
Lahir di Cianjur, 1 Mei 1920 , dan meninggal di Moskwa, 17 September 1979. Ia adalah utusan dalam
Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent, Uzbekistan, 1958. Utuy mengajar Bahasa dan Sastra
Indonesia di Moskwa.

KARYA – KARYA YANG MENONJOL
Kerikil Tajam (Chairil Anwar, 1949)
Deru Campur Debu (Chairil Anwar, 1949)
Tiga Menguak Takdir (Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar, 1950)
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (Idrus, 1948)
Atheis (Achdiat K. Mihardja, 1949)
Katahati dan Perbuatan (Trisno Sumardjo, 1952)
Suling (Utuy Tatang Sontani, 1948)
Tambera (Utuy Tatang Sontani, 1949)

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
Chairil Anwar
 Kerikil Tajam (1949)
 Deru Campur Debu (1949)

Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
  Tiga Menguak Takdir (1950)

Idrus
  Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
  Aki (1949)
  Perempuan dan Kebangsaan

Achdiat K. Mihardja
  Atheis (1949)
Trisno Sumardjo
 Katahati dan Perbuatan (1952)
Utuy Tatang Sontani

  Suling (drama) (1948)
  Tambera (1949)
  Awal dan Mira - drama satu babak (1962)

Suman Hs.
  Kasih Ta' Terlarai (1961)
  Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
  Pertjobaan Setia (1940)
  Perempuan dan Kebangsaan

 Achdiat K. Mihardja
  Atheis (1949)

PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalanAku tidak tahu apa nasib waktu !
Chairil Anwar


DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

 Maju
Serbu
Serang
Terjang


Achdiat K. Mihardja
  Atheis (1949)










No comments:

Post a Comment