PERIODISASI
SASTRA INDONESIA ANGKATAN ‘45 (1940-1955)
Sastra Indonesia ialah sastra berbahasa Indonesia, sedangkan hasilnya adalah sekian banyak puisi,
prosa, roman dan naskah drama berbahasa Indonesia. Akan tetapi, definisi yang
singkat dan sederhana adalah keseluruhan sastra yang berkembang di Indonesia.
Periode sastra adalah pengelompokan hasil karya sastra
berdasarkan urutan waktu. Periode – periode itu erat hubungannya dengan
angkatan – angkatan sastra yang
menempati periode - periode tersebut. Oleh sebab itu, masalah angkatan tak dapat dihindari dalam
penulisan sejarah sastra Indonesia.
Angkatan sastra adalah sekumpulan sastrawan yang hidup dalam satu kurun massa atau menempati suatu periode tertentu dengan kesamaan ide, gagasan atau semangat sebagai akibat logis dari interaksi yang se-zaman.
Sejarah
Sastra Indonesia
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan sastra suatu bangsa, misalnya sejarah sastra Indonesia, sejarah
sastra Jawa, dan sejarah sastra Inggris. Objek sejarah sastra adalah segala
peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan perkembangan sastra
suatu bangsa.
Dalam pengantar ilmu sastra (Luxemburg, 1982 : 200-212) dijelaskan bahwa dalam sejarah sastra dibahas periode-periode
kesastraan, aliran-aliran, jenis-jenis, pengarang, dan juga reaksi pembaca.
Adapun dasarnya adalah filsafat positivisme yang bertolak pada prinsip
kausalitas, yaitu segala sesuatu dapat diterangkan bila sebabnya dapat dilacak
kembali. Dalam hal sastra, sebuah karya sastra dapat diterangkan atau ditelaah
secara tuntas apabila diketahui asal usulnya yang bersumber pada riwayat hidup
pengarang dan zaman yang melingkunginya.
Metode Penulisan Sejarah Sastra Indonesia
a.Menerapkan teori estetika resepsi atau estetika tanggapan.
b.Menerapkan teori penyusunan rangkaian perkembangan sastra
dari periode ke periode
atau dari angkatan ke angkatan.
Periodisasi
Sastra Indonesia
•Periode Balai Pustaka
(1820-1930)
•Periode Pujangga Baru
(1930-1945)
•Periode Angkatan ‘45
(1940-1955)
•Periode Angkatan ’50
(1950-1970)
•Periode Angkatan ‘70
(1965-sekarang)
Periode
Angkatan ’45 (1940-1955)
Angkatan ’45 diperkenalkan
oleh Rosihan Anwar yang ditulis dalam majalah Siasat tahun 1950, dikenal juga dengan
angkatan Chairil Anwar atau angkatan kemerdekaan.
Ciri-Ciri
Sastra Indonesia Angkatan ’45 Secara Spesifik
vBentuk (tipologi) berbeda dari angkatan
sebelumnya.
vIsi bercorak realitas (induk
pada isi).
vIsi karya sastra lebih diutamakan
dari pada bahasanya.
vKarya ’45 dipengaruhi oleh
pujangga Belanda dan juga dari Rusia, Perancis, Italia dan Amerika.
vBentuknya berupa sajak, novel,
drama dan cerpen.
vKecenderungan pada individualistik : benar-benar menceritakan isi perasaan
dan pikiran pengarangnya.
vBersifat universal dan objektif.
vBertemakan patriotis atau heroik.
vBebas : tidak berhubungan dengan masalah adat dan tidak tertuju pada
satu aturan.
vFuturistik : menciptakan hal-hal baru dan berorientasi
pada masa depan.
Tokoh-Tokoh
Karya Sastra Indonesia Angkatan ‘45
1.Chairil Anwar
§Lahir di Medan tanggal 22 Juli 1922
§Pendidikan tidak tamat MULO (SMP)
§Dikenal sebagai individu yang bebas dan pemberani yang tampak pada sajaknya yang berjudul
“Aku”, bahkan secara demonstratif
menentang sensor Jepang sehingga dia menjadi incaran Kenpetai (Polisi rahasia Jepang yang terkenal galak dan kejam). Tetapi di samping
seorang individualis, Chairil juga seorang yang
mencintai tanah air dan bangsanya yang tampak dalam sajak-sajak “Diponegoro”,
“Krawang-Bekasi”, “Persetujuan Dengan Bung Karno”, dll.
Pada tahun 1948 Chairil menerbitkan dan
memimpin redaksi majalah Gema
Suasana namun segera
ditinggalkan. Lalu pada tanggal 28 April 1949 ia meninggal di rumah sakit umum
pusat Jakarta karena tipus dan beberapa penyakit lain. Dia di kuburkan di
pemakaman Karet.
Karya Chairil Anwar
AKU
Kalau
sampai waktuku
‘Ku
mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak
juga kau
Tak
perlu sedu sedan itu
Aku ini bintang
jalang
Dari
kumpulannya terbuang
Biar peluru
menembus kulitku
Aku
tetap merajang menerjang
Luka dan
bisa ‘ku bawa berlari
Berlari
Hingga
hilang pedih perih
Dan aku
lebih tidak peduli
Aku
mau hidup seribu tahun lagi.
No comments:
Post a Comment